So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 15/06/13 | @ 10.44

Milah (1)

Siang hari sekitar pukul 09.45 WIB disebuah desa dipinggiran kota, desa Serayu namanya. Terlihat anak perempuan dengan gigi-gigi kecil yang tersusun rapi, bibir tersenyum menandakan betapa manisnya dia. Matanya yang coklat melebar, hidungnya yang mancung bergerak sedikit, menandakan bahwa dia sedang ingin bermain. Dia duduk diteras rumahnya yang berada sekitar satu meter setengah di atas permukaan tanah. Milah namanya.

Dia memanggil,

“Hei, teman-teman, kemarilah! Aku ingin bermain…..” panggil Milah. Tapi tak dihiraukan oleh kawannya.

Sekali lagi dia memanggil,

“Hei, teman-teman, kemarilah! Aku ikut main ya?” panggil Milah. Tak dihiraukan juga oleh teman-temannya.

Sekali lagi Milah memanggil,

“Hei, teman-teman, kemarilah! Aku ingin bermain dengan kalian. Aku ikut main ya?” panggil Milah. Tapi, tetap saja tidak ada yang menghiraukannya.

Milah mulai memicingkan matanya, pertanda dia mulai enggan bermain. Tak lama kemudian suara mengerang mulai terdengar samara-samar dari arah Milah, Milah mulai menitikkan air matanya. Kemudian melebarkan bibir dan hidungnya, setelah itu menggosok-gosokkan kedua tangannya dikedua belah matanya, Milah menangis.

Aku yang duduk di warung kopi yang letaknya berhadapan langsung dengan rumah Milah hanya melihat sambil tersenyum melihat anak sekecil Milah menangis karena tak diajak bermain teman-temannya. Selang waktu yang sama aku mendengar penjual warung kopi berkata,” Kasihan Milah setiap hari tidak pernah diajak bermain oleh teman-temannya. Sering dia menangis seperti itu. Tetapi tidak pernah dihiraukan oleh teman-temannya. Kecuali Risma yang terkadang bermain dengan Milah”

Aku bertanya pada penjual warung kopi tersebut.” Memangnya Milah kenapa Bu? Kok sampai tidak diajak bermain oleh teman-temannya?”.

Penjual tersebut menjawab,” Milah itu anak cacat, dia tidak bisa berjalan dengan normal seperti kebanyakan anak pada umumnya. Mungkin itu yang membuat teman-temannya enggan bermain bersamanya”.

“Apa teman-temannya tidak punya perhatian terhadap Milah Bu? Sedikitpun?” tanyaku lagi.

“Ya mau gimana lagi Mas, Milah anaknya cacat, teman-temannya malu kali bermain dengan Milah” jawab penjualnya.

“Seharusnya kan tidak seperti itu perlakuan teman-temannya terhadap Milah Bu? Kasihan Milah kalau terus-terusan seperti itu” sahutku lagi.

“Iya Mas, kasihan Milah, saya saja sebagai orang tua kasihan melihat Milah diperlakukan seperti itu oleh teman-temannya” sahut penjual tersebut menanggapi peryataanku.

Aku terdiam dan………………

“Kasihan Milah, anak sekecil Milah diperlakukan seperti itu oleh teman-temannya” sahutku dalam hati.

Beberapa menit setelah Milah menangis, ibunya dating dan mengendongnya dengan bijaksana. Dengan penuh kasih sayang ibunya berkata,” Sudahlah anakku, berhenti ya, jangan menangis lagi!. Milah kan anak baik, jadi Milah ndak boleh menangis. Sudah ya? Senyum ya?”.

Tapi, suara Milah semakin mengeras dan tak lama setelah itu tak terdengar lagi. Sesekali Milah berkata,” Aku ingin bermain bu…” kemudian menangis lagi.

Dalam waktu yang sama.

Aku mendengar, sayup-sayup suara teman-teman Milah terdengar dari kejauhan.

Teman-temannya memanggilnya Jono. Jono berkata,” Ah, biar saja Milah menangis, anaknya cacat ini, mana bisa main sama kita-kita”.

Mendengar Jono berkata seperti itu, Risma menyahutinya.” Kamu kok begitu sih Jon, tidak baik berkata seperti itu. Milah kan anak yang baik Jon, apa dia salah kalau ingin bermain dengan kita?” sahutnya.

Sementara Jono dan Risma salaing beradu. Teman-teman yang lain sibuk bermain sendiri-sendiri. Selang beberapa detik kemudian seorang bocah, Hadi panggilannya menyahuti perkataan Risma.

“Heh Risma, kenapa kamu membela Milah! Dia kan cacat mana bisa main sama kita! Huh, dasar anak nggak tahu malu! Ayo kita main lagi.” sahut Hadi.

Jono kembali menyahuti Hadi,” Bener tuh Had, apa yang kamu katakan barusan. Milah kan anaknya cacat, mana bisa dia bermain sama kita. Memang dasar Risma aja yang ngebela-belain Milah. Sudah kamu main sana sama Milah! Dasar cewek!”

* * * * *
B E R S A M B U N G

Label: ,