Cinta Bersemi di Musim Gugur (1)
Sudah 3 bulan usia pernikahan Sandi dan Syabila berjalan, namun sikap dingin Sandi tidak pernah berubah sedikitpun. Jujur saja, dalam hatinya ia menolak pernikahan ini. Pernikahan yang tidak pernah dilandasi rasa cinta. Cintanya sudah habis ia berikan kepada Tia. Wanita yang sangat dicintainya sebelum ia menikah dengan Syabila. Tetapi Tia telah meninggalkan Sandi dan menjalin hubungan dengan Dika. Meskipun di dalam hatinya Sandi juga membenci gadis itu (Tia). Memang jarak antara benci dan cinta begitu tipis yang sangat sulit dibedakan antara keduanya.
“Syabila sebaiknya kamu harus tahu yang sebenarnya terjadi diantara kita. Bahwa aku tidak pernah mencintaimu, aku tidak ingin kamu berharap terlalu banyak padaku dan pada akhirnya kamu akan kecewa dengan sikapku,” ucap Sandi dengan sinis.
“Oh ya satu lagi, jangan pernah menyentuh meja kerjaku!” kemudian pergi meninggalkan Syabila tanpa mau mendengar sepatah katapun dari mulut Syabila. Syabila hanya bisa melihat suaminya pergi begitu saja.
“Saya tahu dan ngerti itu, mas!” gumam Syabila.
Di awal pernikahan mereka, Sandi selalu bersikap dingin dan tidak peduli dengan berbagai macam kegiatan Syabila sebagai istri seorang prajurit TNI – AD. Sebagai ibu Persit, Syabila termasuk orang yang cerdas, kreatif, pandai bergaul, lemah lembut dan rendah hati yang sangat disenangi oleh para tetangga dan orang-orang yang berada disekitarnya. Selain itu juga, Syabila adalah wanita cantik yang mempunyai kulit putih, rambut lurus, yang selalu tertata rapi, hidung mancung, bulu mata yang lentik dan lesung pipit. Meskipun dalam rumah tangganya ada masalah, Syabila tidak pernah memperlihatkan atau menceritakan kepada siapapun tentang masalah yang sedang dihadapinya. Ia selalu menyimpannya sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Sehingga semua orang di asrama kota Malang menganggap bahwa rumah tangganya harmonis atau tidak ada masalah. Bahkan mereka tidak pernah bertengkar atau adu mulut sampai seluruh orang tahu.
Sebagai seorang istri yang baik, Syabila selalu bersikap sabar dalam menghadapi sikap dingin suaminya Syabila selalu melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Rumahnya selalu tertata rapi dan bersih. Bahkan dia rela bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan sarapan pagi sebelum suaminya berangkat dinas. Sebagai seorang prajurit TNI – AD, Sandi selalu dituntut untuk tegas dan bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu. Sandi adalah orang yang bijaksana dan baik. Ia memiliki postur tubuh yang tinggi, tegap dan atletis, kulit sawo matang serta raut muka yang lonjong.
Sebenarnya, Sandi juga sudah mulai mencintai istrinya. Perhatian yang diberikan Syabila sedikit demi sedikit mampu meluluhkan kebekuan yang ada dalam hatinya. Selama ini, Sandi menganggap Syabila sebagai seorang wanita pendiam, kurang berwawasan, dilihat dari penampilannya yang sederhana dan tidak banyak bicara. Padahal Syabila adalah wanita yang cerdas yang telah menyelesaikan S2 Psikologinya di UI dalam usia muda. Maklum saja pernikahan ini sudah ditentukan oleh kedua belah pihak keluarga. Maka tidak heran jika mereka berdua tidak saling mengenal.
“Ternyata cantik juga kalau dilihat-lihat!” gumam Sandi sambil tersenyum. Walaupun, ia menyadari kalau ia sudah mulai menaruh hati kepada istrinya, tetapi ia gengsi untuk mengungkapkannya. Keesokan harinya ada seorang lelaki yang berbadan tegap datang ke rumah Sandi, karena asyiknya Syabila menata tanaman hiasnya, ia tidak menyadari kedatangan lelaki itu.
“Selamat pagi, bu!” suara lelaki itu mengejutkannya, ia menoleh ke samping.
“Pagi. Ada keperluan apa, pak?” tanya Syabila.
“Saya disuruh bapak mengambil map hijau di laci meja kerjanya!” jawabnya dengan tegas.
“Silahkan masuk dulu, sebentar saya ambilkan!”
Syabila segera menuju ke ruang kerja suaminya. Ketika membuka laci meja suaminya, kedua matanya langsung tertuju kepada map hijau, tetapi ia juga melihat suatu benda, yaitu sebuah bingkai foto. Setelah dibaliknya bingkai foto itu, betapa terkejut dirinya ketika melihat sebuah foto wanita yang tidak lain adalah Tia. Ingin rasanya ia marah dan membanting bingkai foto itu karena terbakar api cemburu tetapi ia tidak bisa melakukannya. Tanpa disadari air matanya mengalir dari kedua matanya.
“Ya Tuhan berilah hamba Mu kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan yang Engkau berikan!” Setelah lama memandang foto itu, ia segera menyimpan kembali pada tempatnya dan segera menghapus air matanya.
“Ini pak!” sambil menyerahkan map hijau kepada lelaki berbadan tegap itu.
“Terima kasih, bu. Saya permisi dulu!”
Malam harinya Sandi baru pulang dinas. Dan Syabila langsung ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sandi melihat wanita yang biasanya menunggu ia pulang, terlihat murung. Padahal sebelumnya Syabila selalu tersenyum kepada suaminya. Sebenarnya Syabila juga ingin bertanya kepada suaminya siapa wanita yang ada di foto itu tapi ia ragu, ia takut kalau suaminya akan marah. Selesai makan Sandi langsung pergi dan menuju ke ruang kerjanya.ia membuka laci mejanya dan mengambil bingkai foto itu, serta menatapnya dengan penuh perasaan. Syabila yang melihat sikap suaminya, langsung merasa sangat sedih dan berlari pergi menuju kamarnya membawa air mata yang sudah tidak dapat di bendung lagi.
Sementara itu di ruang kerja, Sandi hanya diam membisu. Tiba-tiba terlintas kata-kata sahabatnya yang teringat kembali di telinganya.
“San, aku mencintai Tia. Maafkan kejujuranku membuatmu terluka dan kecewa.” Saat itu ingin rasanya Sandi marah, memukul atau melakukan apa saja untuk melampiaskan kemarahannya, namun rasa cintanya pada persahabatan yang ia bina sekian lama menahannya untuk tidak melakukan semua itu. Tiba-tiba emosinya meledak seketika, ia berdiri dan prengggggggg.........seluruh pecahan kaca sudah berserakan dilantai.
Label: Cerpen, Cinta Bersemi di Musim Gugur
Click for Komentar