So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 15/06/13 | @ 10.21

Cerita Sebelumnya:


Cinta Bersemi di Musim Gugur (2)

Syabila yang mendengar itu, langsung berlari menuju ruang kerja suaminya. Sandi terkejut melihat istrinya tiba-tiba masuk dengan wajah cemas.

“Ada apa mas?” tanyanya dengan nada lirih.

Sandi bingung harus menjawab apa. Karena ia tidak mau Syabila tahu tentang foto itu, ia tidak ingin istrinya marah atau bahkan membencinya. Jujur saja Sandi sudah mulai jatuh cinta pada Syabila dan tidak ingin kehilangan Syabila. Kemudian Syabila mengambil dan membereskan pecahan-pecahan kaca itu.

“Syabila, jangan!!!” suara tegas Sandi mengagetkannya sehingga tidak sengaja jarinya tergores pecahan kaca itu. Melihat itu wajah Sandi menjadi cemas dan ia langsung menolongnya, ia berusaha menghentikan darah yang terus keluar dari jari tangan Syabila.

“Kamu tidak apa-apa, kan?” tanya Sandi. Sambil membalut jari Syabila yang terluka. Syabila menggelengkan kepala dan menyerahkan sebuah foto.

“Ini mas. Bukankah ini foto adalah benda kesayangan mas!” Sandi menatap wajah Syabila.

“Kau salah!!!” Sandi mengambil foto itu dan kemudian merobeknya.

“Maafkan aku Syabila, aku telah melukai hatimu selama ini!” Sandi memegang tangan Syabila dengan lembut.

“Sudahlah mas. Lupakanlah semua itu, marilah kita memulai hidup baru dengan cinta yang kita miliki!” Syabila tersenyum menatap Sandi.

9 bulan kemudian, Syabila mengandung. Namun, sore itu ketika ia selesai mandi tiba-tiba kepalanya terasa pusing, sampai akhirnya” brukkk” ia jatuh pingsan. Pembantunya yang melihat kejadian itu langsung mencari pertolongan pada tetangga. Di rumah sakit Sandi menunggu dengan penuh kecemasan, jantungnya berdetak lebih kencang karena ia takut akan terjadi apa-apa sama Syabila. Tidak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruang operasi dan menghampirinya.

“Dokter, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Sandi.

“Maaf pak, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi....Ny. Syabila terlalu banyak mengeluarkan darah sehingga kami harus menyelamatkan salah satu dari mereka. Tapi istri bapak meminta saya untuk menyelamatkan bayinya dari pada dirinya!”

“Boleh saya bertemu dengan istri saya, Dok?” pinta Sandi.

“Silahkan tapi sebentar saja karena kami harus bergerak cepat sebelum membahayakan nyawanya dan bayi yang ada dalam kandungannya,” jelas Dokter.

“Baik, dok?”

Sandi segera masuk ke ruang operasi. Disana Syabila terbaring lemah menahan sakit. Sandi meminta kepada Syabila agar dokter lebih menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. Tetapi Syabila memohon kepada suaminya agar menyelamatkan bayi yang dikandungnya. Sandi tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan ia terpaksa menuruti kata-kata istrinya karena itu merupakan permintaan terakhir dari Syabila. Akhirnya dokter menyelamatkan bayi yang dikandung Syabila. Lahirlah bayi laki-laki yang sangat tampan yang diberi nama Bagas.

Sandi sangat terpukul dengan kepergian Syabila. Kenapa Syabila harus pergi disaat cintanya mulai bersemi. Dua minggu telah berlalu. Semenjak kepergian Syabila, putranya ia titipkan di rumah orang tuanya di Surabaya untuk sementara. Sore itu ia berencana pergi mengunjungi orang tuanya untuk melihat Bagas. Di dalam bus, Sandi merasa ada wanita yang memperhatikannya. Tiba-tiba Sandi menoleh, ternyata perempuan itu adalah Tia. Tia tersenyum dan kemudian menghampiri Sandi. Kebetulan tempat duduk di sebelah Sandi kosong.

“Apa kabar, mas?” tanya wanita itu sambil mengulurkan tangan.

“Baik!” sambil membalas uluran tangan Tia.

“Bagaimana kabarmu dan Dika? Pasti kalian sudah menikah?” tanya Sandi.

“Hubungan kami putus. Dia yang memutuskan hubungan kami, alasannya ia merasa bersalah telah mengkhianati persahabatan kalian dan ia tidak mau selalu dibayang-bayangi rasa bersalah.”

“Mungkin Tuhan ingin mempersatukan kita kembali, mas!”

“Maaf Tia, setelah kamu meninggalkanku. Aku jatuh cinta lagi pada orang lain!” ucap Sandi.

“Siapa wanita itu, mas?” tanya Tia.

“Wanita itu bernama Syabila, ia istriku. Aku telah menemukan cinta sejati padanya walaupun hanya sesaat. Dia sudah meninggal. Tetapi aku tetap bersyukur, Tuhan masih memberiku kesempatan. Cinta kami tidak akan ikut terkubur bersama jasadnya, cinta kami tetap bersemi. Karena kami telah menumbuhkannya dalam diri Bagas!”

“Mas, ijinkan aku menjaga cintamu itu dan berilah aku kesempatan sekali lagi!”

“Terima kasih Tia, aku percaya padamu tapi tekadku sudah bulat untuk menumbuhkan cinta kami bersama dengan seorang Bagas, hanya Bagas, aku dan Syabila....!”

“Tapi kan Syabila.................”

“Aku ngerti maksudmu. Tapi jiwa, cinta dan ketulusannya akan selalu hidup dalam jiwa kami”

Selintas ia melihat bayangan Syabila tersenyum padanya. Syabila melihat ada sebuah sinar kebahagiaan cinta sejati pada kedua mata Sandi yang tidak pernah dilihat sebelumnya.Syabila merasa sangat bahagia melihat suaminya yang setia kepadanya meskipun ia sudah meninggal.Dia bisa pergi dengan tenang.Karena Sandi telah menjaga putranya dengan baik.

T A M A T

By: Elma Abni Setiyowati

Label: ,