So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 29/06/13 | @ 11.31

Cerita Sebelumnya:


RETAKNYA SANG JINGGA (Bagian 3)

Tak terasa air mata Arum menetes di pipi cantiknya. Ucapan syukur yang amat terdalam meluncur dari bibir indah Arum, saat ia pun bertemu dengan sosok Kusuma, seorang Direktur Perusahaan terkenal di kota metropolis, yang tak lain adalah seorang direktur perusahaan Alex . Perkenalan itu pun berlanjut dengan menjalin hubungan kasih. Kusuma yang memiliki wajah tampan itu terpikat dengan kelembutan dan kecantikan Arum. Arum pun juga merasakan hal yang sama ia terpesona oleh sosok yang bijaksana dan dengan ketulusan hati mencintai Arum apa adanya.” Arumku sayang, ijinkan aku untuk menikahimu......,” ucap Kusuma dengan lembut.” Benarkah, Mas. Aku pasti bahagia sekali. Aku benar-benar tidak percaya. Kenapa Mas memilih aku? Apakah sudah mas pikirkan? Aku hanya wanita biasa, Mas?” tanya Arum.” Aku sudah memikirkannya, sayang. Aku serius! Aku ingin menjadikanmu sebagai pendamping hidupku...,giman kamu mau kan?” jelas Alex.” makasih ya, Mas.Aku pasti mau menjadi teman hidupmu untuk selamanya..,” jawab Arum sambil tersenyum. Tak terasa air matanya menetas lembut di pipi halus Arum. Ia begitu terharu denagn ketulusan hati Kusuma yang begitu menghargainya sebagai seorang wanita dan kekasih yang suci, tidak seperti apa yang telah Alex lakukan kepada Arum.

* * * * *

Alex mencoba untuk mendapatkan hati Arum kembali tetapi Arum tidak mau menerima Alex. Ia telah menemukan seseorang yang sangat ia sayangi. Berkali-kali Alex memaksa Arum untuk menerima cintanya, tapi keputusan hati Arum sudah bulat. Ia sudah menjatuhkan pilihan pada sosok Kusuma yang selalu bisa sama-sama mengerti keadaan masing-masing.” Arum, tolong berikan aku kesempatan sekali lagi untuk mengayuh cinta dalam samudera hatimu! Aku berjanji aku akan mengubah sikapku,” pinta Alex.” Maaf, Mas Alex, aku tidak bisa. Aku terlalu sakit dan terlalu kecewa dengan semua perlakuan itu. Cukup sudah, lebih baik sekarang kita temenan saja,” jelas Arum. Berbagai kata dan rayuian telah Alex ucapkan kepada Arum, tapi keputusan Arum sudah bulat. Alex akhirnya menyerah, meskipun sebenarnya dalam hati kecil Alex masih yakin ia bisa mendapatkan Arum.” Aku pasti bisa mendapatkan kamu, Arum! Tunggu aja...mungkin emang bukan sekarang, tapi nanti...gadis seperti kamu!hah...kecil,” batin Alex.” Aku pasti akan mendapatkan warna jingga itu, warna yang selam ini aku suka, warna kebahagiaan, kekayaan....hah...Aku pasti bisa! Lihat aja nanti!” batin Alex saat ia mengendarai mobil mewahnya pulang dari kantor.

* * * * *

Beberapa bulan kemudian, perusahaan yang Kusuma pimpin mengalami suatu goncangan perekonomian. Uang kas perusahaan yang masuk lebih sedikit dibanding dengan pengeluaran. Ditambah lagi kualitas kerja beberapa karyawan yang kurang optimal membuat kelangsungan hidup perusahaan itu semakin terancam. Pada saat itulah Kusuma melakukan” pembersihan” perusahaan dan pengawasan ketat mengenai tugas-tugas karyawan yang mulai lalai. Hal ini diperkirakan ada sejumlah orang dalam perusaahaan itu yang bermain curang alias korupsi. Bahkan diperkirakan ada pihak yang memprovokatori kurang maksimalnya kerja para karywan perusahaan itu. Dan ternyata benar, Bapak Andrean, kakak Alex, adalah dalang dari semua ini. Setelah diadakan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata Alex juga terlibat dalam tindakan korupsi itu. Tak lama kemudian, pihak-pihak terkait beserta pihak kepolisian menyita semua harta benda, termasuk seisi rumah dan mobil Pak Andrean maupun harta benda milik Alex untuk melunasi hutang-hutang perusahaan yang telah sekian bulan menumpuk. Bahkan Alex dan Pak Andrean dinyatakan dipecat dari perusahaan Kusuma.

Keadaan seperti itu membuat hati Alex sangat terpukul. Keberadaannya sekarang tidak pernah dipedulikan orang. Alex tidak seperti Alex yang dulu lagi. Saat Alex masih menikmati manisnya hidup, tak pernah sekalipun ia peduli dengan pengemis atau anak-anak jalanan. Tak sedikitpun terlintas dalam pikirannya untuk sedikit memberikan harta yang telah Tuhan titipkan untuknya. Tapi keadaan sekarang telah berubah,dengan baju seadanya Alex berjalan menyusuri jalan-jalan kehidupan. Jalan kehidupan yang telah ia pilih sendiri dengan cara yang tidak halal. Penyesalan menjalari relung hati Alex. Kembali terlintas dalam bayangan Alex berbagai penghinaan harga diri yang telah Alex lakukan kepada Arum.

* * * * *

Hari Minggu itu, Jakarta sebagai kota metropolitan begitu bersahabat. Suasana pagi itu sangat cerah. Dari kejauhan saat Alex berjalan kembali mengadu nasib di kota itu, terlihat olehnya, Hotel Permata berbintang lima, dipenuhi oleh wartawan dan sejumlah orang penting lainnya. Mobil-mobil mewah dengan hiasan bunga-bunga melati yang indah menghias kaca mobil itu. Warna-warna yang glamour menambah keindahan seni penata artistiknya.

Tiba-tiba tanpa sengaja pandangan mata Alex tertuju pada pernak-pernik ucapan selamat yang di tata sangat indah diletakkan di luar gedung hotel itu. Alex sangat terkejut saat ia membaca nama tulisan yang terpampang dalam ucapan itu” Selamat Menempuh Hidup Baru kepada Pasangan Pengantin-Kusuma dan Arum-Semoga Bahagia”.” Ah, itu pasti bukan Arum yang aku kenal, tidak mungkin ia bisa menjadi suami Kusuma, orang penting dalam perusahaan itu,” gumam Alex. Tetapi kenyatannya Alex benar-benar melihat dari dalam gedung hotel itu, kedua mempelai keluar dengan busana Jawa yang indah. Tampak Arum menggandeng mesra tangan Kusuma. Kedua mempelai itu begitu serasi. Keanggunan dan kecantikan Arum terpancar dari hati dan wajah lembutnya. Tampak kedua orang tua mempelai, sanak saudara, dan sahabat keduanya ikut memeriahkan acara itu. Bahkan wartawan meliput kejadian penting masa-masa indah mereka. Melihat kejadian itu, Alex hanya terdiam kaku. Dia benar-benar tidak percaya dengan semua kejadian itu. Arum, dulu wanita yang sering ia hina dan ia cemooh, bahkan dulu dengan mudahnya Alex menginjak-injak harga diri Arum, kini telah berubah. Warna jingga yang telah Alex impikan, warna keceriaan, kebahagiaan, dan kesuksesan, telah retak dan hancur, sehancur perasaannya sekarang. Alex hanya menatap kosong keramaian kota yang begitu keras itu. Alex hanya bisa diam.”Jinggaku hilang.......,”gumam Alex.

* * * * *
T A M A T

By: Wilujeng Arie A.

Label: ,