So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 29/06/13 | @ 11.29

Cerita Sebelumnya:


RETAKNYA SANG JINGGA (Bagian 2)

Sementara di tempat terpisah, Arum juga belum bisa memejamkan matanya. Gelap telah menyelimuti wajah bumi dan sang waktu pun terus berjalan. Tapi malam ini Arum benar-benar tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya masih tertuju pada sosok lelaki yang tadi pagi ia temui. Sekilas terlintas bayangan masa lalu yang masih membekas di hati Arum. Pengkhianatan cinta dan penghinaan yang Alex lakukanpada Arum, bahkan pada keluarga Arum, benar-benar membuat harga diri Arum diinjak-injak. Begitu mesranya Alex memberikan alasan-alasan gombal kepada Arum.” Say, sory ya, aku nggak bisa nemuin kamu hari ini, aku masih sibuk say, masih ada kepentingan,” ucap Alex kepada Arum saat mereka masih berpacaran. Kata-kata itu merupakan senjata ampuh bagi Alex setiap dia mulai melakukan sesuatu yang menyimpan dari keadaan yang sebenarnya.” Oya, say, nggak apa-apa kok, aku bisa ngerti, tapi lain kali kamu bisa kan ngluangin waktu buat aku. Aku pengen ngobrol-ngobrol sama kamu,” jawab Arum. Kalimat itupun berkali-kali diucapkan dari bibir mungil Arum, juga dari pesan-pesan singkat dalam inbox ponsel Arum. Arum yang dulu begitu polos, selalu berpositive thinking, bahkan ia selalu mencoba memahami apa keinginan Alex. Arum sadar Alex adalah anak bungsu, sedangkan Arum adalah anak sulung. Jadi setidaknya anak sulung lebih bisa mengalah dan memahami si bungsu, meski umur merekaterpaut 4 tahun, tapi kedewasaan Arum lebih muncul dibandingkan Alex.

Tak lama kemudian Arum mendengan kabar dari teman dekat Alex, kalau ternyata Alex menduakan cinta Arum. Awalnya berita itu tidak pernah digubris oleh Arum, akan tetapi akhirnya Arum mulai merasakan hal-hal janggal dan perubahan sikap Alex. Kelakuan Alex mulai menunjukkan keresahan dan kemarahan Arum. Bahkan dalam satu bulan mereka hanya bertemu dua kali, padahal jarak antara tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Saat itu alex menginjak semester akhir jurusan Pertanian di suatu Universitas Negeri, sedangkan Arum masih semester awal jurusan Sastra Indonesia pada Universitas Negeri yang berbeda.

Pernah pada suatu ketikaArum diajak makan malam di sebuah rumah makan mewah. Di situlah awal dari penghinaan dan cemoohan itu ditujukkan pada Arum. Arum dipermalukan di depan teman-teman Alex. Menanggapi cemoohan itu Arum hanya bisa diam, ia masih bisa menahan emosinya. Perlakuan seperti itu tidak hanya dilakkan sekali oleh Alex. Berkali-kali Alex melontarkan kata-kata ejekan halus kepada Arum entah itu tentang cara makannya, cara berjalan, atau bahkan penghinaan secara terang-terangan. Sebenarnya Arum sudah tidak tahan lagi dengan sikap Alex, tapi dia masih mencoba untuk bersabar. Saat Alex mengajak Arum jalan-jalan naik mobil Alex, saat itulah ejekan halus itu dilontarkan.” Say, kamu kenapa ngantuk? Keenakan naik mobil ini ya? Makanya, suruh ayahmu beli mobil sendiri, ntar kalo gak ada yang bisa nyetir, biar aku yang nyopirin. Eh say, kalo mau tidur tukursinya direbahkan dulu, gak bisa ya? Kamu norak banget sih!! Gitu aja gak bisa! Eh say, kamu enak ya gak kepanasan, gak ngluarin uang,” ejek Alex.” Sekarang lebih baik turunkan aku di sini!! Aku bisa kok sampai rumah tanpa mobiil ini pun,” ucap Arum.” Jangan gitu dong! Ntar gak enak sama ayah dan ibu kamu, bener gak??Hehe...Gitu aja marah,” ledek Alex.

Bahkan ejekan lain telah Alex lontarkan kepada Arum.” Say, kamu ngambil jurusan kayak gitu tu mana bisa jamin masa depan! Paling juga hanya dapat gaji kecil nggak cukup buat hidup, sama seperti jejak orang tua kamu!” ucap Alex.” Heh, say, kamu tu kalo ngomong yang bener ya. Kamu boleh hina aku, ngrendahin aku, tapi tolong, jangan kamu bawa-bawa orang tuaku!! Semua ini hanya Tuhan yang tahu. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Iya, sih aku tahu kamu tidak sederajat denganku. Kamu bisa nggak sih berhenti hina aku? Say, aku pingin mulai sekarang kita temenan aja!” tegas Arum.” Tidak bisa say, aku gak bisa! Aku gak bisa jauh dari kamu. Kamu terlalu manis untuk dilepaskan begitu aja. Aku masih sayang sama kamu,” bantah Alex.

Begitu sabarnya Arum menjalani hubungan dengan Alex. Bahkan ayah dan ibu Arum pun sama sekali tidak pernah berprasangka buruk kepada Alex. Mereka selalu bersikap ramah saat Alex berkunjung ke rumah Arum. Tetapi pernah pada suatu ketika, saat Arum dan keluarganya benar-benar dalam keadaan terjepit, sedikitpun Alex tidak peka dengan masalah Arum. Padahal dulu, Arum juga sering membantu Alex mengejakan tugas-tugas kuliahnya, menemaninya saat ada masalah, bahkan merawatnya saat Alex jatuh sakit dan jauh dari kedua orang tuanya.” Alex yang dulu sangat berbeda dengan Alex sekarang. Dulu ia begitu dewasa, pengertian dan selalu menjaga sikap,” gumam Arum dalam hati. Jalinan cinta mereka pun putus saat Arum benar-benar melihat sendiri bahwa ternyata Alex memang menduakan cinta Arum. Perasaan sakit tak terhingga pun dirasakan Arum, tapi Arum masih mencoba untuk tetap tegar. Setidaknya, Arum merasa bersyukur Tuhan sudah menunjukkan siapa dia yang sebenarnya sebelum hubungan itu jauh di bawa ke jenjang pernikahan. Meski sebenarnya Alex tidak bisa menerima keputusan Arum karena memang sebenarnya di hati terdalam Alex belum bisa melepaskan Arum, tapi keputusan Arum sudah bulat.

Setelah kejadian itu Alex masih minta kepada Arum untuk tetap masih bisa menjalin hubungan komunikasi, misalnya dalam bentuk sms. Pesan-pesan singkat itu masih sering diterima Arum. Kata-kata Alex tak jauh beda dari kata-kata yang masih digunakan saat mereka masih berpacaran.” Say, aku kangen...banget sama kamu..,” tulis Alex dalam inbox-inbox Arum. Permintaan Alex itu pun dipenuhi Arum, tapi lama-lama kontak komunikasi mereka terputus. Mereka pun semakin jauh. Saat Alex telah diwisuda dari kuliah Pertaniannya, saat itupun ia bekerja di Jakarta. Bekerja di sebuah kantor perusahaan yang cukup terkenal di kota metropolis itu, sedangkan Arum masih kuliah. Arum begitu rajin menjalani hari-hari kuliahnya, meski tak ada Alex di sampingnya lagi, hingga ia menyandang predikat terbaik di kelasnya. Keramahan Arum, kebaikan dan kecantikannya menambah Arum lebih banyak memiliki teman. Prestasi yang cemerlang tak bisa dielak lagi oleh Arum. Setelah lulus dari kuliah Sastra Indonesia, Arum pun mengikuti pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang kebetulan ia jalani saat ia berlibur di rumah saudaranya di Jakarta. Arum pun diterima menjadi pegawai negeri. Ia mengajar di sebuah SMP favorit di kota Jakarta. Arum mengajar dengan sangat profesional dan menerapkan sistem-sistem pengajaran yang menarik dan bermutu bagi siswa-siswanya. Tak segan-segan Arum juga menjadi salah satu guru curhat bagi siswa-siswa SMP itu.” Terima kasih, Bu Arum. Saya jadi lebih lega setelah Bu Arum memberikan nasihat-nasihat,” ucap salah seorang siswa Arum saat dia selesai curhat. Arum pun mengasah kemampuan mengajarnya dengan menggabungkan hobi bermain drama dan seni akting. Arum mendaftarkan diri ke Sanggar Melati tempat Arum mengajar bermain drama sekarang. Kesuksesan Arum pun dapat ia raih. Ia mendapat gaji yang cukup besar, sebagian uangnya ia kirimkan kepada orang tua Arum yang tinggal di kota kecil itu, dan sebagian uangnya ditabung. Ucapan syukur pun menghias di bibir orang tua Arum. Berbagai kenangan masa lalu menghiasi pikiran Arum hingga Arum pun terbuai dalam tidur malamnya.

* * * * *
B E R S A M B U N G

Label: ,