Cerita Sebelumnya:
AKU BENCI KAU DENGAN CINTAKU (Bagian 2)
Tiba-tiba saja rasa bersalah muncul di benak Dii, dahulu hubungannya dengan Devan terputus karena dia merasa bahwa Devan terlalu over protect. Selain itu, dia merasa tidak nyaman dan tertekan dengan hubungan itu, karena tidak mendapatka restu dariorang tuanya. Diandra pun selalu saja menjadi sasaran kemarahan ibunya, apa lagi setelah menerima telfon dari pacarnya itu. Dalam keadaan seperti itu Diandara merasa bahwa Devan tidak mau mengerti dengan keadaanya. Saat itu memang usianya baru 16 tahun dan masih duduk di bangku SMA kelas satu, karena itulah orang tuanya melarang Dii untuk pacaran. Tapi saat itu Diandara telah melakukan kesalahan besar, di saat Devan menggantungkan semua harap dan cintanya tiba-tiba saja Diandra memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Yang lebih salah lagi setelah putus dengan Devan, Diandra menerima cinta dari orang lain. Menurut Dii orang itu lebih mengerti keadaannya, ternyata dugaan itu salah. Kenyataannya Devan masih seribu kali lebih baik dari orang itu. Bagi Devan hal ini sangat menyakitkan, tapi toh Devan tetap bersika baik terhadapnya. Tapi sekarang mereka dipertemukan kembali dalam keadaan lain, dimana mereka sudah sama-sama dalam usia remaja dan bisa di bilang akan beranjak dewasa. Tuhan pun mentakdirkan mereka untuk kuliah di kota yang sama, hanya saja berlainan kampus.
Dua minggu waktu liburan pun terlalui tanpa terasa di rumah, enggan rasanya untuk beranjak kembali ke Malang. Hari minggu pagi pukul 05.30 kereta berangkat dari stasiun menuju Malang. Dalam perjalanan, Devan mengirim pesan singkat bahwa akan menjemput Diandra di stasiun Malang, tapi Diandra menolak karena di kereta dia bertemu teman satu kosnya yang kebetulan juga satu kota denganya, Diandra merasa tidak enak kalau harus meninggalkannya sendirian. Devan pun mengalah dan berpesan lagi agar menghubunginya jika nanti Dii telah sampai di tempat kosnya.
Senin sore itu Devan datang ke tempat kos Diandra, dengan ciri khas senyuman yang membuat hati orang tertambat itu Diandra menyambut kedatangan Devan.” Kamu masih tetap seperti dulu Dii lembut dan menyenangkan”. Gadis yang duduk di samping Devan itupun tersipu mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Devan itu. Mereka bercengkrama dan bercanda sambil melepas kangen, karena memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Tak henti-hentinya mata indah Devan menatap lekat gadis yang ada di sampingnya. Sampai akhirya mereka memutuskan untuk pergi makan lalu dilanjutkan dengan nonton. Selama jalan, Devan menunjukkan sikapnya yang selalu ingin melindungi Diandra. Tak bisa di pungkiri memang saat itu Diandra merasa senang dan nyaman di sampingnya. Malam itu waktu serasa berjalan cepat, akhirnya merekapun harus rela untuk berpisah dan kembali ke tempat kos masing-masing. Sepertinya malam ini kebahagiaan meliputi hati kedua insan yang telah lama terpisah oleh keadaan itu.
Dua hari kemudian Diandra berulang tahun, meskipun tidak menjadi orang pertama yang memberikan ucapan selamat, tapi Dii bahagia Devan tidak melupakan hari ulang tahunnya. Setelah itu intensitas pertemuan mereka pun semakin sering dan merekapun sering pergi berdua meskipun hanya sekedar untuk melepas penat. Rutinitas pertemuan seperti itu pun berlangsung sekitar 3 bulan, dalam waktu itu Diandra pun banyak berharap akan hubungannya dengan Devan bisa kebali seperti dulu. Sampai akhirnya ada kejadian yang membuat mereka terpisah kembali. Ryan adalah sahabat Diandra dan Devan sejak SMA. Ryan kuliah di kampus yang sama dengan Diandra hanya saja berbeda jurusan, dan Ryan adalah tipe orang yang tidak ingin melihat temannya tersakiti.
Lama sekali Devan tidak pernah berkunjung ke tempat kos Diandra, terahir dia kesana saat mengantarkan Dii membeli buku, setelah itu mereka tidak bertemu lagi hampir satu bulan lamanya. Sampai suatu siang di hari minggu itu, Ryan datang ketempat kos Diandra untuk saling mencurahkan permasalahan mereka masing-masing, dan hari itu menjadi hari minggu yang paling kelabu dan menyakitkan bagi gadis periang itu. Sontak saja senyuman yang selalu menghiasi wajahnya itu hilang seketika, setelah mendengar jawaban Ryan tentang pertanyaannya mengenai mengapa Devan tidak pernah lagi datang dan menghubunginya.
“Sebelumnya aku minta maaf Dii, bukannya aku ember.”
“Aku hanya tidak ingin melihat kamu tersakiti.”
Sepertinya Ryan tahu apa yang akan terjadi pada temannya itu jika dia mengatakan yang sebenarnya.
“Ada apaYan?”
“Ayolah katakan, aku siap mendengar apapun kenyataan!”
Dengan nada yang lirih sekaligus ragu-ragu akhirnya Ryan pun mengatakannya” Devan pacaran dengan orang lain Dii.”
“Mereka baru saja jadian kira-kira dua minggu yang lalu.”
Tanpa di suruh cairan panas dari mata Diandra pun meleleh dan jatuh deras seperti air terjun. Dia merasa kehilangan pegangan, terhempas keruang yang paling sudut dari sudut dunia yang sepi. Yang bisa dilakukannya hanyalah diam tanpa sanggup melakukan apapun. Ryan semakin merasa bersalah melihat keadaan sahabatnya itu, diapun berusaha menghiburnya semampu yang dia bisa.
Label: Aku Benci Kau dengan Cintaku, Cerpen
Click for Komentar