So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 29/06/13 | @ 11.26

RETAKNYA SANG JINGGA (Bagian 1)

“Selamat Pagi, Mbak Arum!” sapa seorang wanita di seberang jalan. Wanita itu seorang ibu muda yang berjalan dengan anak gadisnya yang kira-kira duduk di bangku kelas lima SD.” Met Pagi juga, Bu!” jawab Arum. Mendengar nama Arum disapa, tiba-tiba di seberang jalan, seorang pria muda membuka kaca mobil Kijang Inovanya. Lalu ia membuka kacamata hitam yang menutupi bola matanya. Ia terus saja memperhatikan Arum yang berjalan ke arah sanggar teater itu.” Sanggar Teater Melati”, nama sanggar itu merupakan salah satu sanggar tempat anak-anak usia SD dan SMP mengembangkan bakat mereka dalam bermain drama.

Pria muda itu bernama Alex. Dia begitu heran melihat keberadaan Arum sekarang. Arum, wanita lembut dengan wajah cantik itu, memakai kerudung merah jambu. Tubuh mungil itu berjalan begitu mantap. Di bahu kanannya menjinjing tas kecil bermerk, senada dengan warna bajunya, sedangkan di tangan kirinya membawa buku-buku berukuran besar. Tanpa basa-basi lagi, Alex pun turun dari mobilnya, ia bergegas menghampiri Arum.” Arum! Kaukah itu??” teriak Alex. Arum pun tersentak kaget.” Mas Alex!!” balas Arum. Mereka pun saling berpandangan, tiba-tiba Arum mengelak dari Alex, sambil membalikkan tubuhnya, pergi setengah berlari.” Arum, tunggu Arum! Arum…!!” teriak Alex.” Ada apa lagi Mas Alex? Nggak nyangka ya, bisa ketemu kamu di sini?” tukas Arum.”Kamu beneran Arum, kan?? Kamu tambah cantik ya sekarang. Tapi…kok kamu ada di sini sih? Kamu ngapain datang ke sanggar ini? Atau jangan-jangan, kamu mau melamar pekerjaan di sini ya?” tanya Alex berturut-turut sambil memicingkan mata. Sambil tersenyum tenang, Arum pun menjawab,” Makasih. Perlu kamu tahu ya di sini aku udah bekerja. Aku ngajar drama anak-anak di sanggar ini, ya...sekalian cari kesibukan,” jawab Arum.”Kamu sendiri kenapa datang ke sini?” tanya Arum lagi.” O…gitu! Kalau aku, aku lagi ngantar keponakanku, kebetulan juga les drama di sin,” jawab Alex cengengesan sambil memainkan bola matanya.” Masih seperti yang dulu,” batin Arum.

“Udah dulu, ya, aku mau masuk!” tukas Arum.” Tunggu dulu, dong, aku masih pengen ngobrol ama kamu!!” sela Alex.” Maaf, aku keburu telat, lain kali saja” jawab Arum sambil bergegas pergi.” Tapi Ar…Arum! Tunggu dulu, Arum…!!” teriak Alex. Arum terus saja bergegas pergi meninggalkan Alex. Dalam hati, Arum benar-benar tidak menyangka bisa bertemu Alex. Tangan Arum dingin dan gemetar. Ia menyimpan sejuta kenangan bersama Alex. Tanpa disadari air mata menetes di pipi cantik Arum, tetapi dia berusaha tegar. Meski pikirannya kacau, tetapi Arum masih bisa menguasai dirinya. Dia mengajarkan drama dengan penuh penghayatan kepada anak-anak, meski sesekali bayangan Alex terlintas dalam pikiran Arum.

* * * * *

Sementara itu, sampai di kantor, Alex sudah terlambat. Ia bertemu dengan Direktur perusahaan itu, Kusuma, umurnya masih muda, masih seumuran dengan Alex, 28 tahun. Tidak ada sedikitpun kesombongan terpancar dari wajah tampan Kusuma, meski dalam usia muda, ia sudah menjadi seorang Direktur di sebuah perusahaan besar di kota metropolitan itu. Perilakunya sangat bijaksana.” Mas Alex, kenapa hari ini datang terlambat, padahal Anda harus menyiapkan data-data perusahaan untuk segera dipresentasikan dan untuk segera diurus?” tanya Kusuma.” Oh..Maaf, Pak Kusuma, tadi saya ada sedikit urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Iya, Pak data-data itu akan segera saya tangani,” jelas Alex.”O...begitu, ya sudah tidak apa-apa, tapi lain kali tolong anda lebih bisa memanfaatkan waktu dengan baik karena masalah di perusahaan ini tidak main-main. Sekarang silakan Anda bekerja,” jelas Kusuma.” Baik, Pak, akan segera saya laksanakan,” sambung Alex.

* * * * *

Sore harinya, setelah tiba di rumah, Alex langsung mandi dan istirahat di kamar. Kamar yang sudah setahun ia tempati. Rumah itu adalah rumah kakaknya. Kakak Alex telah berkeluarga dan terkenal sukses bekerja di Jakarta. Alex juga bekerja di kantor yang sama dengan kakaknya. Ia bisa lebih cepat bekerja karena ada pihak kakak yang membantu memasukkan dalam perusahaan tersebut. Malam itu, Alex tidak segera memejamkan mata. Ia masih saja mengingat pertemuannya dengan Arum. Alex benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan Arum di kota Jakarta ini. Apalagi dengan keadaan Arum sekarang yang jauh lebih cantik dari sebelumnya dan berpenampilan lebih menarik dibanding pada saat mereka masih tinggal di kota kecil itu, kota yang membawa sejuta kenangan. Pikiran Alex kembali menerawang ke masa lalu mereka.” Ah, Arum, aku benar-benar tidak percaya kamu ada di kota metropolitan seperti ini. Mana mungkin seorang wanita biasa seperti Arum bisa dengan mudah bekerja di Jakarta, mapan lagi!!” batin Alex.” Ah, tau deh! Tapi kayaknya....kok aku jadi tertarik ya dengan gadis manis itu. Aku harus bisa mendapatkannya. Gadis polos seperti dia?! Kecil!! Tidak ada apa-apanya,” gumam Alex. Alex tersenyum sendiri.” Ia pasti tidak bisa menolak tawaran cinta dari seorang pangeran sepertiku. Udah kaya! Cakep lagi...Apa sih yang tidak bisa aku dapatkan...”ucap Alex sambil tersenyum sendiri. Sambil terus berangan-angan, Alex pun terlelap dalam tidur dengan balutan selimut sutera dan tempat tidur yang selalu bersih dan nyamanserta ruangan yang selalu dibersihkan oleh pembantu dalam rumah itu.

* * * * *
B E R S A M B U N G

Label: ,