So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 25/06/13 | @ 09.55

Cerita Sebelumnya:


PENGABDIAN TULUS (Bagian 3)

Beberapa, hari, bulan dan tahun telah kulewati dengan kejadian yang menyiksaku, sampai akhirnya Mak Pulang kembali. Dengan girang dan riang ia seperti menyambut kejayaan dengan harta yang berlimpah yang telah ia cari dengan jerih payah dan upayanya itu. Tiada sambutan yang meriah ketika Mak pulang, karena tiada orang yang tahu bahwa Mak hari itu akan datang. Sekonyong-konyong Mak terkejut ketika ia menemukan Apak sedang tidur dengan wanita lain. Hatinya merasa teriris sembilu, pedih, perih.

Timbullah percekcokan diantara mereka.

“Apa yang kau lakukan, bajingan tengik! Mak serta merta mencekik leher Apak dan mencoba melemparinya dengan kursi dan meja yang ada di ruangan itu.

Aku mendengar betapa bisingnya hari itu, hari yang seharusnya kusambut dengan kegembiraan atas kepulangan Mak, malah membuatku seperti tikus ketakutan.Aku hanya bisa diam di kamar dan tak beranjak di bawah dipan kasurku. Dan ketika ku hampir terlelap dalam tidur, tak kudengar lagi percekcokan diantara mereka. Kulihat seorang manusia menghampiriku dengan penuh perasaan, ia memelukku

“Anakku, kenapa kau ada disini?” jangan takut nak, Apakmu telah ku usir. Mak sudah tahu, Apakmu itu licik.”

“Mak, tahukah kau ia tak pantas lagi disebut sebagai manusia, ia itu srigala mak.” dia telah membohongimu untuk kerja di Arab demi kesenangannya saja, Ia telah berulang kali kawin dengan wanita jalang.Bahkan, Tanah dan sawah waris telah dijualnya Mak!”

“Apa, katamu Warni?” Mak menangis tersedu-sedu air matanya jatuh bercucuran, menampilkan segala kemelaratannya saat ini.

“Iya, Mak itu semua adalah benar, Srigala busuk itu telah menghancurkan hidup kita. Uang penghasilan Mak habis dihambur-hamburkannya dengan wanita jalang itu!

Tangisnya semakin pilu dan memekik telinga. Mungkin jika tumbuhan dan binatang dapat merasakan dan menyaksikan kegalauannya, mereka akan menjerit dan meraung-raung. Tak ada usaha untuk menghibur dan membuatnya tertawa.

“Sudahlah, Mak tak ada yang harus ditangisi lagi, semuanya telah usang.”

Aku memeluknya erat.

Tubuh Mak gontai…

* * * * *
B E R S A M B U N G

Label: ,