PENGABDIAN TULUS (Bagian 1)
Malam ini begitu indah, bulan yang purnama mengitariku dengan setia. Aku duduk ditaman ditemani semut, srigala, kucing, dan tikus, mereka menghiburku dan memanjakanku bak bidadari seperti film-film di TV. Aku larut dalam keriangan mereka, namun malam kian pekat dan angin makin berdesir dengan kencangnya, menusuk tulang-tulangku, meremukkan sendi-sendiku tapi semut, srigala, kucing, dan tikus tak mampu membantuku. Mereka semakin riang dan girang menyaksikan panorama alam yang baginya begitu indah namun menyiksaku ini.
Kulihat, di sela-sela semak rerumputan ada remang-remang disana, dan remang- remang itu makin lama makin membesar dan menampakkan wujudnya. Makin kudekati remang-remang itu tampak hilang wujud dan aslinya. Batinku pun menyeruak.” Ah, apakah ini halusinasiku belaka?”ataukah ia adalah sebuah monster yang akan melahap dan menelanku mentah-mentah malam ini? Ataukah wewe gombel yang akan mengajakku ke istananya yang serba megah dan indah? Tidak…tidak itu tak benar.” kucoba untuk menenangkan diri
Saat kerisauan dan ketakutan mulai memuncak dalam diriku, aku ingin berlari secepat kilat dari taman itu. Namun, kulihat dengan segera. Seperti ada sosok manusia disana. Dia seorang perempuan, akupun memberanikan diri untuk menatap matanya. Matanya putih bersih menampilkan segala keagungan dan keindahan. Meskipun tubuhnya terlihat kotor dan busuk namun mata itu sepertinya tetap memberi arti tersendiri bagi sanubariku. Sepertinya ia telah menjadi bagian dari raga ini, entah apa itu. Tiap kulihat tatapan matanya, begitu teduh batin dan pikiranku bahkan aku merasakan ada perasaan kasih sayang yang tak pernah kutemukan selama ini.
Ia berusaha mendekatiku……….
“Warni!!!!!!!!” Pekik Apakku
“Hah!!!!” aku segera beranjak dari tempat tidur, kutatap sekeliling dan nampaknya hari masih gelap , Mak sudah bergegas ke pasar, seperti biasanya.
Saat adzan subuh belum berkumandang ia mulai bergegas membeli barang-barang dagangan buat warung di rumah yang reot dan hampir peyok ini.
Sungguh salut diriku terhadap segala pengorbanannya terhadap keluarga, dialah tempat segala tumpuan dan harapan.
“Warni!!!!!!!!”
“Iya Pak, ada apa??!!!”
“Ayo cepetan, cuci semua cucian di dapur, dari tadi kok enak tidur-tiduran terus, Eh lihat ya! hari ini kamu harus sediakan Apakmu makanan yang enak-enak dan lezat. Oh ya nanti tolong cucikan bajuku dan setrikakan celana coklat di almari, Apakmu hari ini mau dines!”
Aku tetap saja akan mematuhi perintahnya, bagiku ini adalah pengabdian tulus yang tak ada habisnya, ia dan makku adalah penyelamat bagi hidupku ini. meskipun sebenarnya setan dan iblis hampir menyatu dengan diriku ketika ia mulai bertingkah. Aku muak dengan mulut dan giginya yang seperti onta itu. Dan aku berusaha mengendalikannya.
“Kerjaan apa lagi yang dilakukan Apak?!!!, ah paling-paling ia pergi dines.menggiliri istri keduanya itu, atau bahkan ia akan merampok uang istrinya itu.”Ah begitulah dia, aku memang sudah tahu tentang segala kegilaanya.” ungkapku dalam bisik.
Label: Cerpen, Pengabdian Tulus
Click for Komentar