So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 27/06/13 | @ 11.04

Cerita Sebelumnya:


KAPANKAH KAU KATAKAN ITU (Bagian 3)

Dari sinilah awal perkenalan Tacia dengan Niena “Kak Bintang kalau nggak bawa kendaraan sendiri pulang bareng aku dan Kinanthi aja yuk! Nanti kita antar sampai depan rumah kok” Tacia merajuk pada Bintang, berharap sang pujaan hatinya menerima tawarannya tersebut” Nggak Cia… Kakak kan sudah bilang tadi pagi, kalau kakak bisa pulang sendiri, kakak sekarang lagi nunggu seseorang, makanya kamu kakak suruh nemani di sini. Kakak pengen ngenalin kamu sama seseorang”“Oh ya, kok baru ngomong sekarang?” “Ya memang kakak sengaja biar kamu nggak penasaran terus. Ntar malah tanya-tanya terus”“Sekarang juga udah penasaran nie… Memang siapa sih kak?”“Nanti, sebentar lagi juga datang kok. Sabar ya!” Bintang menggenggam tangan Tacia erat. Beberapa detik kemudian, sebuah BMW Z3 putih metalic berhenti tidak jauh dari tempat mereka. Din… Din… Si pengemudi membunyikan klakson untuk memberi tanda. Bintang segera melepas tangan Tacia dari genggamannya dan berjalan menuju ke arah mobil tersebut.

Sesaat kemudian, tampak seorang perempuan cantik keluar dari dalam mobil, Mereka berdua saling melemparkan senyum dan berbicara sebentar. Tiba-tiba pandangan Bintang dan perempuan tersebut tertuju ke arah Tacia yang sedari tadi hanya berdiri tanpa tahu harus berbuat apa. Bintang dan perempuan cantik tersebut berjalan menuju ke arah Tacia.” Tacia, ini kak Niena yang pernah aku ceritakan dulu” Bintang memperkenalkan perempuan tersebut pada Tacia” Tacia kak, Anastacia” Tacia mengulurkan tangannya sambil berusaha senyum dan disambut oleh perempuan tadi” Niena, wah… Memang kamu cerita apa aja Bintang ke Tacia?” Niena tersenyum menggoda. Bintang hanya tertawa” Cantik ya ternyata Tacia itu, Bintang juga sering cerita tentang kamu lho Tacia” Goda Niena sambil melirik ke arah Bintang” Niena… Stop !!! Bintang melotot ke arah Niena, mereka berdua tertawa bersamaan. Tacia terbengong-bengong menyaksikan ulah mereka” Kak Niena juga cantik kok” Tacia mencoba menyela, dan masuk dalam candaan yang baginya tidak nampak lucu sama sekali. Niena tersenyum memandang Tacia, lalu mengangkat tangan kanannya untuk melihat laporan waktu” Wah, sudah jam dua nih, Tacia mau ikut pulang bareng kita? Maaf ya, aku buru-buru ada urusan penting di rumah”“Iya, kamu bareng kita aja ya Ca pulangnya, Kinanthi biar pulang sendiri. Kan dia juga bawa kendaraan sendiri” Bintang menyela menawarkan tumpangan” Wah, terimakasih kak.Tacia sudah ada janji juga sama teman, nggak enak” tolak Tacia sopan,” Oo… gitu, gimana Bin, nggak apa?” Niena meminta persetujuan Bintang sebelum pergi meninggalkan Tacia” Bener Ca, nggak apa kita tinggal?” Bintang balik bertanya pada Tacia” Nggak apa kak, sungguh” Setelah melalui beberapa kata perpisahan akhirnya Niena dan Bintang pergi meninggalkan Tacia sendiri. Tacia nampak masih berdiri mematung sendiri di bawah panasnya terik sinar matahari.

Terkadang muncul tanda tanya besar di benak Tacia, apakah tujuan Bintang melanjutkan kuliah di tempat yang sama dengan Niena yang sudah menjadi mantan kekasihnya. Apakah Bintang masih menyimpan perasaan suka kepada Niena, atau ada tujuan lain yang memang ingin ia capai. Kenapa sekian lama mereka menjalin hubungan, Bintang tidak menyatakan perasaannya terhadap Tacia. Apakah Bintang tidak mencintai Tacia dan hanya menganggapnya sebagai teman saja, atau Tacia hanya dijadikan hiburan selama Bintang jauh dari Niena. Lamunan Tacia kembali buyar oleh suara adzan magrib yang berkumandang. Waktu sudah menunjukkan bahwa hari sudah mulai petang. Tacia segera mengumpulkan sisa kesadarannya kembali dan bergegas masuk ke dalam rumah.

* * * * *

Lima bulan sudah berlalu, Ujian Akhir Nasional sudah digelar, sekarang tinggal menunggu hasil pengumuman keluar. Ingatan Tacia akan Bintang sudah hampir terlupa, walaupun tidak sepenuhnya hilang. Hingga suatu saat,” Tacia … Ada tamu”“Siapa Ma?”“Mama nggak tahu, kayanya temanmu dulu. Sudah lama ya dia nggak pernah main ke sini”“Teman? Cowok ya Ma?” tanya Tacia penasaran,” Iya, buruan sana!” Tacia berusaha memutar otak dan menduga-duga siapa teman yang sudah lama tidak pernah mengunjunginya. Bergegas ia berjalan ke ruang tamu untuk menemuinya. Lalu………

“KAK BINTANG… ?!?!?!” Tacia tersentak kaget tak percaya, ia tak percaya dengan apa yang sudah ada di hadapannya sekarang.” Kak Bintang…???” Tacia mengulang perkataannya lagi, ia benar-benar tak dapat percaya. Sekian lama ia menunggu, sekian lama ia berharap, berharap suatu saat nanti Bintang akan datang lagi padanya dan mengungkapkan perasaan cintanya. Apakah ini saatnya, saat dimana kerinduan yang sudah lama Tacia pendam terlampiaskan, saat dimana air mata Tacia mengering dan habis karena perasaan cintanya yang mendalam, saat dimana Tacia ingin mengungkapkan segala cerita dan perasaannya pada Bintang,” Apa kabar Tacia?” Tiba-tiba suara Bintang membuyarkan lamunan Tacia, Tacia berusaha menguasai keadaan kembali. Bintang mengulurkan tangannya sebagai tanda untuk berjabat tangan,” Kakak…. Eh, em… Ba, baik, Kakak sendiri ?” Tacia balik bertanya,” Seperti yang kamu lihat, Kakak masih tetap utuh dan sehat. Ha… Ha…. Ha….” Bintang membuka dan menengadahkan kedua tangannya seperti hendak memeluk Tacia,” Ah, Tacia nggak percaya kakak ada di sini, Kakak masih ingat Tacia? Sungguh Tacia nggak percaya” Tacia hampir menangis tapi berusaha ditahannya,” Tacia…. Kakak nggak mungkinlah lupa sama Kamu, Kamu tuh sudah kakak Anggap seperti adik kakak sendiri” Bintang tersenyum lembut,” Ad…, ad, adik?” Tacia berkata lirih,” Apa maksud kakak hanya menganggap Tacia sebagai adik?” Tacia menatap Bintang tajam. Bintang terdiam, tiba-tiba suasana menjadi hening, tidak tahu apa yang harus Tacia lakukan, hatinya begitu sakit. Untuk kedua kalinya ia tak dapat berbicara.

* * * * *
B E R S A M B U N G

Label: ,