So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 27/06/13 | @ 10.54

Cerita Sebelumnya:


CAKRAWALA SENJA BUAT TATA (Bagian 5)

Setelah kejadian itu, Ardi segera meminta bantuan Irish. Dan mereka pun bertemu di kafe. Irish berfikir kalu semua ini harus segera di akhiri. Irish harus segera memberi tahu Ardi yang sebenarnya. Irish ingin melihat di akhir hidupnya Tata bisa menikmati apa yang selama ini dia inginkan. Cerita Irish membuat Ardi tak berdaya. Dia tak mengira kalau semuanya akan berakhir seperti ini. Sekarang ia benar-benar bertekat untuk memiliki Tata walaupun untuk sesaat.

Sore itu Ardi sampai di depan rumah Tata. Dengan langkah mantap ia memasuki halaman rumah Tata. Tampak ayahnya membukakan pintu dengan gontai. Wajahnya pucat.

“Ardi ya? Silahkan masuk Nak. Ada apa kamu datang ke sini?”

“Ardi mau bertemuTtata Om. Boleh, Ardi bertemu Tata?”

Ibu Tata yang mendengar hal itu tak kuasa menahan tangis. Ardi yang mendengar suara tangisan dari dapur itu tampak semakain bingung.

“Tata dimana Om? Ardi boleh bertemu Tata kan Om?”

“Kalau kamu bisa membuat Tata bahagia di akhir hidupnya, Om memperbolehan kamu bertemu Tata”.

“Maksud Om apa? Ardi nggak mengerti Om”.

“Kamu belum tau? Tata mengidap leukimia stadium akhir. Dan kata dokter hidupnya tinggal dalam hitungan hari”. Ayah Tata tampak menahan air matanya. Ardi yang mendengar hal itu lemas seketika.

“Silahkan kamu ke kamar Tata, Irish juga ada di dalam”.

Suasana hening seketika bersama dengan kedatangan Ardi di kamar itu. Tata tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya, tetapi dia masih bisa memberikan senyuman manis untuk Ardi. Ardi masuk dan menghampiri tubuh Tata. Ia memeluk tubuh Tata. Tata terdiam, menangis, tak berdaya.

“Tata, masihkah kau tetap tidak mau menerima aku?”

“Buat apa? Kamu akan menyesal. Bentar lagi aku bakalan ninggalin semuanya. Aku nggak mau buat kamu sedih” Tata menangis pelan.

“Tapi aku ingin mewujudkan keinginanmu untuk melihat senja di balik bukit Tata. Aku selalu mengingat cerita kamu tentang keindahan senja di bukit itu Tata. Kamu masih sayang aku kan? Boleh aku mengajak kamu kesana?”

“Kalau kamu dapat izin dari Ayah dan Ibu, aku akan ikut kamu”, nada mengejek keluar dari bibir pucat Tata, dan simpul manis senyumnya. Membuat Ardi bangun dan segera menghampiri Ayah dan Ibu Tata.

“Sudahlah Ta, terima saja ajakan Ardi. Aku juga ingin melihat kamu bahagia jalan sama Ardi”. Desak Irish pada Tata.

“Aku juga berharap seperti itu. Aku ingin sekali pergi bersama Ardi melihat senja dan kepakan burung-burung camar diatasnya. Tapi, apa mungkin Ayah menyetujunya?”.

Di ruamg tamu tampak Ardi sedang bersimpuh di kaki Ayah Tata untuk meminta izin. Ardi bersaha cukup keras, dan akhirnya Ayah Tata mengizinkannya pergi.

* * * * *

Sesampai di bukit itu, Ardi dan Tata mencari tempat duduk. Mereka berdua menikmati sapuan angin gunung yang sejuk. Sore itu nampak cerah sekali. Burung-burung menyambut kedatangan dua sejoli itu. Mereka mengucapkan salam atas kedatangannya dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Tata duduk disamping Ardi dengan rangkulan hangat tanggan Ardi di pundaknya. Tak kuasa Tata menahan tangis. Tangisnya pun pecah di bahu Ardi. Ardi terdiam. Untuk sesaat di antara mereka yang terdengar hanya kepakan sayap burung dan kicau merdunya.

Tangis Tata terhenti saat senja perlahan turun, kembali keperaduaannya. Mereka berdua menikmati keindahan itu. Tata meletakkan tangannya di pinggang Ardi. Saat senja mulai menghilang, tampak sekelompok burung camar membumbung tinggi menyambut malam. Mengucapkan salam perpisahan pada Tata. Tepat saat camar menghilang, hilang pula segala kenangan yang dimiliki Tata. Tubuhnya tergeletak lemas dalam dekapan Ardi. Ayah, Ibu dan Irish yang menjemput mereka segera berlari saat melihat tubuh Tata lemas. Ayah dan Ibu Tata tak kuasa menahan tangis. Tangisan mereka mengiringi kepergian Tata. Tampak Tata memberikan salam perpisahan pada Aardi bersama dengan kicauan burung camar. Ardi melambaikan tangannya membalas salam Tata. Dan hanya Ardi yang tau. Dalam benak Ardi berharap kelak akan bertemu lagi dengan keadaan yang lebih baik.

* * * * *
T A M A T

By: Sulis Eka Ariyaning Putri

Label: ,