So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 10/06/13 | @ 23.32

Cerita Sebelumnya:


Cerpen: Dua Arti Lupa (2)

Pagi itu Rini kaget. Waktu akan berangkat sekolah dan meminta uang untuk keperluan sekolah, Ibu bilang lupa.

“Ibu tidak punya uang, Rin. Ibu lupa minta sama Ayah tadi. Nanti saja kalau Ibu sudah menerima uang hasil pesanan roti. Besok saja ya bayarnya.”

“Terus jajannya?” Tanya Rini cemas.

“Ya, besok juga. Kan Ibu tidak punya uang dan lupa minta pada ayah” tegas Ibu.

Uuh, Rini kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga lupa. Rini barangkat ke sekolah dengan wajah cemberut.

Rini bersekolah di salah satu SMP negeri di Semarang, tetapi jauh dari kota. Ia murid pandai di kelasnya, selalu mendapat ranking kelas, dan aktif dalam kegiatan di sekolahnya.

Tett….tett….tettt….bel tanda istirahat pun berbunyi. Rini keluar kelas, tetapi ia tidak pergi ke kantin karena di sakunnya kini tak ada uang sepeser pun. Ia hanya duduk di kursi panjang yang ada di teras kelasnya bersama Kiki dan teman lainnya. Di situlah Rini mulai bercerita kepada Kiki kalau Ia telah melupa-lupakan tugas yang diberikan Ibu karena Rini sibuk membaca novel.

“Rin, seharusnya kamu bisa membagi waktu. kamu tidak boleh seenaknya membaca novel di saat yang tidak tapat. Pantas saja Ibu kamu marah,” ujar Kiki yang berada di samping Rini.

“Iya sih Ki, tapi aku juga ingin cepat menyelesaikan membaca novel ini biar aku bisa meminjam novelmu yang lainnya,” ujar Rini sambil memegang sebuah novel.

“Tapi tetap saja kamu salah Rin, Ibu minta tolong padamu dan kamu harus bersedia membantunya apapun masalahmu. Apa kamu mau disebut anak durhaka?” tutur Kiki sedikit emosi.

“Ya tidak Ki, aku tahu, tidak seharusnya sikapku begitu pada Ibuku sendiri. Terimakasih ya Ki, kamu sudah mengingatkanku,” jawab Rini.

Pulang sekolah Rini, Kiki, dan dua orang temannya menuju ke rumah Rini. Mereka akan belajar bersama dan mengerjakan tugas bahasa Inggris yang tadi diberikan oleh pak Irwan, guru bahasa Inggris baru di sekolah Rini.

“Assalamualaikum…,” Seru Rini tapi sepi tidak ada jawaban.

“Assalamualaikum…,” Seru Rini lagi sambil mengintip ke jendela rumahnya.

“Eh, Rini, tadi Ibu dan Aji pergi mengantar Bu Dewi yang meu melahirkan ke bidan. Ini kunci rumahnya,” kata Bu Rani tetangga sebelah yang muncul dari balik pagar.

Ibu Rini memang suka menolong, karenanya beliau disukai banyak orang di kampungnya.

“Oh, begitu ya Bu Rani. Terimakasih ya Bu sudah memberikan kunci ini,” kata Rini sambil tersenyum pada Bu Rani.

Begitu masuk ke dalam, Rini lansung ke dapur dan membuka seluruh wadah bertutup yang ada di dapurnya. Kok tidak ada makanan sama sekali.

“Aduuuh,” desisi Rini kecewa. Kok tidak ada makanan? Padahal Ibu kan tahu kalau Rini dan teman-teman akan belajar bersama hari ini. Malah sejak dua hari lalu Ibu sudah berjanji akan membuatkan masakan yang enak buat Rini dan teman-temannya.

Label: ,