Cerita sebelumnya:
Kehidupan Tak Seindah Angan (3)
Semua sudah tersedia dari mulai makan, minum sampai makanan kecil karena memang Bunda Vatik hobi memasak dan membuat camilan. Setelah selesai beres-beres, semuanya makan bersama-sama.
“Nanda, ajak Hervara makan dulu habis itu langsung istirahat lagi”
Hernanda pun membantu Hervara keluar kamar untuk makan malam bersama. Disinilah sudah terlihat betapa perhatian Hernanda sangat tertuju kepada Hervara.
Selesai makan malam itu bunda Vatik langsung menyuruh semuanya istirahat. Sebagian ada yang mematuhinya dan langsung beristirahat, apalagi fisik Hervara yang sudah sangat lemah dia pun menuruti kata-kata Bunda Vatik untuk beristirahat.
Tetapi untuk para cowoknya, mereka masih melepas lelahnya di teras rumah dengan bersenda-gurau hingga jam menunjukkan pukul 22.15 akhirnya mereka juga ikut beristirahat karena pada pagi hari besok masih banyak kegiatan yang telah mereka rencanakan.
Tak terasa malam pun telah berganti pagi, tetapi banyak yang masih terlelap dalam tidurnya. Tetapi tidak bagi Hervara, gadis manis ini selalu terbiasa bangun pagi, dia melihat-lihat kebelakang dan ternyata semalam belum sempat ada yang membereskan dapur sehingga pagi ini masih kelihatan kotor. Hervara pun membersihkannya tanpa harus menunggu perintah dari Bunda Vatik. Setelah semua bersih datanglah Bunda Vatik membawa belanjaanya ditemani suaminya Ayah Herto panggilannya.
“Apa kamu sudah baikan, nak? Sudah, biar bunda saja yang mengerjakannya.”
Dengan tersipu malu Hervara menjawab, ”Sudah Bunda, tidak apa-apa cuma beres-beres saja saya juga bisa.
“Yang lain belum bangun ya?”
“Belum bunda, mungkin sebentar lagi paling kecapekan semua.”
“Ya sudah sekarang bunda mau masak, soalnya habis masak ini nanti bunda harus bantu-bantu tetangga sebelah yang mau ada hajatan, Ayah herto bentar lagi juga mau berangkat kerja.” Kata bunda Vatik.
Semalam tidak ada yang bertemu dengan ayah Herto karena tugasnya sebagai Kareskrim Polresta kota “pisang agung” menuntut beliau untuk kerja lembur malam itu. Setelah menemani Bunda Vatik berbelanja, Ayah Herto menonton televisi sebentar diikuti sahabat-sahabat Hernanda yang sama-sama baru bangun. Tidak lama kemudian, Ayah Herto berangkat kerja. Bunda Vatik menyuruh Hernanda dan teman temannya untuk mandi dan segera sarapan. Tak lupa beliau pamitan untuk membantu tetangganya hari itu.
“Nak, Bunda mau bantu-bantu tetangga sebelah yang mau ada hajatan. Kalian usaha sendiri kalau membutuhkan sesuatu ya?” kata Bunda Vatik terhadap anak-anak muda yang berada di rumahnya tersebut.
Keadaan rumah sudah bersih, bunda Vatik juga telah siap dengan hidangan untuk sarapan. Semua anggota rumah tersebut sudah siap, mereka sarapan bersama-sama tanpa ditemani Bunda Vatik dan Ayah Herto karena mereka sudah berangkat kerja . Mereka sarapan dengan lahapnya tanpa membikin gaduh meskipun Ayah Herto sudah berangkat ke kantor dan Bunda Vatik sendiri dimintai tolong tetangganya membuat masakan di rumah tetangganya tersebut karena akan ada acara hajatan di rumahnya. Sehingga tanggungjawab rumah diserahkan pada Hernanda dan sahabat-sahabat. Mereka mengemban tugas tersebut dengan penuh tanggungjawab secara bersama-sama.
Label: Cerpen, Kehidupan Tak Seindah Angan
Click for Komentar