So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 10/06/13 | @ 23.04

Cerita sebelumnya:


Kehidupan Tak Seindah Angan (4)

Hari pertama yang mereka lakukan di kota “pisang agung” tersebut adalah pergi nongkrong-nongkrong di suatu tempat yang bernama kafe Safira. Di sana, banyak hilir mudik remaja yang baru pulang dari sekolah. Di tempat tongkrongan tersebut juga mereka membicarakan lagi akan jadi diisi kemana liburan kali ini. Hervara mengusulkan kepada Hernanda untuk pergi berwisata ke Selokambang yakni semacam pemandian yang airnya langsung dari sumber mata air sehingga dinginnya air tersebut tidak usah ditanyakan lagi.

“Mas Nanda, gimana kalau kita isi liburannya hari ini ke selokambang seperti yang pernah dibilang Lusia?”

Hernanda dan yang lain langsung saja menerima tawaran tersebut.

“Ya sudah, kita semua kesana saja.”

Dalam canda tawa serta tingkah laku antara kedua insan tersebut yang terlihat mulailah tampak adanya ketertarikan yang ditunjukkan Hervara terhadap Hernanda sehingga sahabat yang lain pun berusaha mencari waktu yang tepat agar mereka dapat berjalan berdua agar bisa saling menikmati liburan tersebut.

Di Selokambang pun terlihat jelas bagaimana sikap seorang gadis manis bernama Hervara terhadap seorang pemuda bermata sipit tersebut saling menunjukkan rasa sayang yang telah timbul antara mereka. Begitu juga disaat berada di tempat liburan yang lain, keakraban kedua insan tersebut makin terlihat jelas.

***

Waktu-waktu pun berlalu begitu cepat hingga Liburan sudah habis, hari-hari yang telah dilalui Hervara ini sangat berkesan dan menambah pengalaman tersendiri. Betapa dirasakannya luapan kasih sayang yang diberikan oleh orangtua Hernanda serta kasih sayang yang diberikan oleh Hernanda sendiri begitu sulit untuk dilupakan dalam hidupnya.

Malam sebelum rombongan anak muda ini kembali ke kota “apel”, Hernanda dan Hervara duduk berdua di teras depan rumah tanpa ada yang berani mengganggunya. Di sanalah Hernanda dengan jujur dan sepenuh hati mengungkapkan maksud yang sebenarnya dia mengajak Hervara berlibur di kota “pisang agung” tersebut.

Dia mengungkapkan semua yang ada dalam hatinya selama ini bahwa rasa sayang yang timbul dalam diri Hernanda semakin kuat disaat melihat serta mengamati keseharian maupun sifat-sifat yang dimiliki Hervara.

Tak dapat dibendung lagi kebahagiaan yang dirasakan Hervara yang dia luapkan dengan cara menangis, gadis berkulit sawo matang ini tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasakan kebahagiaan yang teramat sangat yang diberikan oleh keluarga Hernanda serta kebahagiaan yang telah diberikan Hernanda sendiri kepada dirinya.

Tapi di sisi lain kegagalan-kegagalan yang pernah dialami Hervara selalu menghantuinya. Hernanda mengetahui semua itu dan memberikan kebijaksanan sikap kepada gadis lesung pipi tersebut untuk memikirkan yang terbaik dan tidak terburu-buru.

***

Malam pun berlalu berganti pagi dan tibalah waktu bagi rombongan pemuda ini untuk segera kembali ke kota “apel”. Perjalanan yang dilalui pada saat kembali menuju kota “apel” ini lancar tanpa ada hambatan satu apa pun.

Sesampainya dikota apel perjalanan cinta Hervana pun berlanjut dan babak penentuanlah yang sekarang akan ditentukan. Dan setelah memakan beberapa waktu untuk berfikir, akhirnya Hervara memutuskan Hernanda memang pantas menjadi tambatan hatinya.

Setelah menimbang baik-buruk untuk dirinya sendiri, Hervara dapat berfikir kalau memang hidup akan jalan terus, meskipun dia pernah gagal tapi dengan kegagalan tersebut maka gadis berkulit sawo matang itu harus menjadikannya pengalaman yang mahal harganya dan agar bisa melangkah lebik baik dari yang kemarin.

Tamat

Label: ,