Cerita sebelumnya:
Matahari yang Tak Pernah Terang (2)
Satu tahun berlalu akhirnya Tika kembali ke kampungnya dan ibunya bangga, tetap seperti yang dulu ngomong sana-sini tidak jelas apa yang di omongkan tapi yang pasti membicarakan Tika yang pulang dari Kalimantan dan akan menikah dengan seorang tentara teman dari suami Tesa yang bekerja sebagai anggota militer. Orang-orang mulai membangun kepercayaannya kembali pada bu Antok tapi kepercayaan itu tak bisa bertahan lama karena lagi-lagi bu Antok yang menggembar-gemborkan kalau Tika mau menikah dan sudah bertunangan sampai sekarang pun Tika belum menunjukkan tanda-tanda akan menikah dan dengar-dengar bahkan tidak jadi untuk menikah tapi entah apa sebabnya.
Tanpa disadari Tika menghilang lagi tapi untuk kali ini tidak ada yang tahu kemana dia pergi bahkan ibunya sekali pun. Hingga dalam keadaan yang amat menyedihkan pun Tika tidak datang yaitu kematian Ranto yang mendadak karena Ranto mengalami kecelakaan mobilnya masuk jurang. Namun kesedihan yang menimpa keluarga tidak nyata karena sehari setelah Ranto meninggal ibunya mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan uang milik Ranto yang dibawa dalam kecelakaan yang menimpa dirinya.
Belum selesai bencana yang menimpa keluarga pak Antok karena kematian anak ke empatnya yang merupakan tulang punggung keluarga sekarang sudah ditambah lagi Tia sakit kanker rahim stadium 4 dan dia tidak mau berobat ditambah lagi suami keduanya tidak mau membantunya berobat hanya uang milik Tia saja yang di porotinya. Ketika Tia masuk rumah sakit yang menjaga Tia malah mantan suaminya yang ditinggal hanya karena ingin menikah dengan Bram suami keduanya. Di saat Tia pun sakit Tika tak ada kabar dia hanya menelpon sekali saat kematian Ranto. Beberapa bulan Tia ada dirumah sakit akhirnya semua dokter sudah tidak mampu lagi untuk mengobatinya dengan amat terpaksa Tia dibawa pulang dan dirawat dirumah. Semua keluarga sudah mengeluarkan tenaga dan pikirannya untuk kesembuhan bahkan anak-anaknya pun ikut membantu biaya pengobatan. Namun Tuhan berkehendak lain beberapa jam setelah bu Antok memberikan obat, Tia menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebulan setelah kematian Tia kehidupan rumah tangga Tia semakin rumit karena Bram meninggalkan rumah dan tanpa rasa tanggung jawab terhadap anak-anaknya
Dan yang paling membuat hati teriris yaitu sebelum Tia meninggal Bram meminta cerai dari Tia karena ia sakit terkulai tak berdaya tanpa disadari Tia pun menandatangani surat percerian tersebut. Oleh karenanya Bram dengan tenang meninggalkan rumah. Dan setelah tujuh hari kematian Tia, Bram tidak pernah datang dan hanya mantan suami Tia yang datang merawat anaknya sebelum anak bungsunya dirawat oleh kakaknya. Semenjak kejadian yang berturut-turut itu keluarga bu Antok semakin kacau.
“Sudah-sudah berhenti seperti anak kecil saja Mas dan Mbak yu ini”
terdengar suara keributan di pasar ketika pak Antok dan istrinya berkelahi.
“Ada apa ini kok sudah tua berkelahi?”tanya orang-orang di pasar.
Tanpa jawaban mereka tetap saja berkelahi, bu Antok yang sedang memegang sapu langsung saja memukulkannya pada pak Antok yang saat itu sedang kalap, hingga pak Antok pun membalas dengan mencekik istrinya, dengan cepat pula orang-orang melerai keduanya. Tanpa diketahui seorang pun bu Antok lari ke kantor polisi dan melaporkan suaminya dengan tuduhan penganiayaan dan perselingkuhan.
Belum selesai masalah ini datang lagi masalah yang baru dengan hadirnya Tika yang sejak lama menghilang tanpa kabar hingga orang-orang dan keluarga dikejutkan oleh tangisan bayi yang berada di dalam kamar yang saat itu juga merupakan acara sunatan keponakan Tika, dengan wajah merah Tika langsung lari ke kamar dan menggendongnya.
Suara ribut di pasar kali ini terulang lagi bukan karena perkelahian pak Antok dan bu Antok akan tetapi membicarakan masalah datangnya Tika yang tiba-tiba dan bayinya, tanpa seorang bapak atau bisa disebut hamil di luar nikah. Padahal sebenarnya Tika sudah memnpunyai suami hanya saja nikah sirih dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Sebulan setelah kedatangan Tika yang mengejutkan, orang-orang kembali dikejutkan dengan perginya Tika yang entah kemana dan bayinya dititipkan pada keluarganya.
Hati bu Antok yang sudah tenang kembali terusik dengan menghilangnya Tika. Entah apa yang akan terjadi lagi setelah ini, dalam benak bu Antok tiada hari tanpa masalah dalam hidupnya. Hingga suatu hari dia berpikir untuk pergi saja dari dunia ini meninggalkan semua yang ada termasuk suaminya yang telah berselingkuh dengan wanita lain.
Ternyata pikiran bu Antok bukan hanya dalam angan namun telah terwujud. Dengan kematian bu Antok bukan penyelesaian yang di dapat malah permasalahan yang amat rumit. Mengapa tidak? Akhirnya, pak Antok ditangkap polisi dengan tuduhan penganiayaan terhadap istrinya sampai meninggal.
Dengan hati yang tak ikhlas pak Antok menjalani pemeriksaan yang dilakukan polisi hingga akhirnya pak Antok berada dalam bui untuk beberapa tahun. Dan semua anak-anaknya hidup sendiri bersama keluarganya masing-masing.
Label: Cerpen, Matahari yang Tak Pernah Terang
Click for Komentar