So Aja

Baca online: cerpen, puisi, naskah drama, surat

0 Komentar 12/06/13 | @ 10.43

Jendela terbuka, dan terdengar suara berkata tajam:

“Ayo, pak cepat kita pergi, nanti keburu tutup Bioskopnya!”.

“Sudahlah bu, tenang saja bukan bioskopnya yang tutup tapi tiketnya yang habis. Itulah pak masalahnya kalau tiketnya habis kita tidak bisa menonton film Indianya, kan filmnya seru pak!”

“Kalau begitu cepat ganti baju, tutup semua pintu dan jendela lalu kita berangkat!” Dengan sepeda bututnya ibu dan bapak pergi berdua berboncengan ke bioskop untuk memebeli tiket. Sesampainya di bioskop bapak pun rela mengantri demi mendapatkan tiket yang diinginkan dan menunggu jam yang telah ditentukan oleh pihak bioskop untuk di putarnya film.

“Pintu studio 2 sudah dibuka para pengunjung diharap untuk segera memasuki studio karena film akan segera dimulai”. Pak itu pintunya sudah dibuka ayo kita cepat masuk dan segera mencari tempat duduknya.

Setelah 3 jam mereka berada di dalam bioskop akhirnya mereka pun keluar dan mereka berencana untuk jalan-jalan menghabiskan malam. Ketika tanpa sengaja bapak melihat arloji ditangannya dia amat tersentak karena sekarang sudah pukul 23.00 WIB dan anak-anaknya dirumah belum makan. Tanpa basa-basi sepeda yang tadinya hanya berkecepatan 20 km/jam sekarang bertambah jadinya 80 km/jam meskipun harus bersusah payah untuk mengemudikannya.

Sesampainya dirumah bapak mendapati kalau Tia ternyata sudah tidur dengan ke-6 adiknya. Tanpa rasa bersalah sedikitpun ibu dan bapak ikut merebahkan diri dikamar untuk melepas lelah dan tanpa terasa pagi pun sudah menyambut dengan senyumnya yang indah tapi tidak dengan keluarga pak Antok ini.

Setelah 20 tahun berlalu keadaan keluarga pak Antok ini tidak pernah mendapat kebahagiaan meskipun bapak mempunyai pekerjaan yang bisa dikatakan lumayan tapi karena keborosan bapak dan ibu yang selalu menghambur-hamburkan uangnya untuk nonton dan membelikan barang-barang yang tidak bermanfaat sampai-sampai tidak mempunyai rumah untuk tinggal dan hanya mempunyai sebuah rumah kontrakan.

Hingga tiba waktunya Tia meminta ijin untuk menikah dan disusul oleh Agus, Tesa, dan Ranto. Tanpa berpikir panjang ibu pun mengiyakan permintaan anak-anaknya dengan syarat suami Tia harus pengusaha dan suami Tesa harus angkatan tapi kalau untuk Agus dan Ranto itu terserah mereka. Sebelum Tia memberi tahu pada ibunya tentang calon suaminya ibu sudah memberi tahukan pada tetangga-tetangganya bahwa calon suami Tia adalah pengusaha dan ketika Tia menikah ibunya baru tahu kalau suami Tia hanya seorang buruh pabrik tanpa disadari para tetangga sudah mengunjing omongan bu Antok waktu mengatakan kalau calon suami Tia itu pengusaha dan ternyata hanya seorang buruh pabrik. Namun untungnnya suami Tesa memang angkatan jadinya bu Antok tidak terlalu malu untuk itu.

Setelah pernikahan semua anak-anaknya bu Antok jadi sering ngobrol dengan tetangga-tetangganya karena dia berpikir kalau tidak ada yang diurus lagi karena kedua anaknya yang masih sekolah di SMU dan SMP sudah diurus oleh Ranto. Tapi suatu hari ada satu hal yang membuat seisi rumah kaget dengan teriakan ibu.

“Tidaaaak……….!!!

“Ada apa bu, kenapa berteriak apa ada maling atau ada tikus?tanya Tari”.

“Ibu hamiill Tari….!

“Asyik tari mau punya adik lagi”

Dan Tari pun berteriak pada Tita kalau ibu hamil dan Tita pun tidak begitu bahagia karena semuanya akan tambah buruk kalau saja Tita sudah mengerti kalau hidup keluarga sekarang susah eh malah ditambah ibunya hamil Tita pun yakin kalau bapak pun tidak akan bahagia dengan berita ini apalagi kakak-kakaknya terutama Ranto yang selama ini membantu menghidupi keluarga setelah bapak sudah di keluarkan dari pekerjaannya.

Setelah lima bulan berlalu perut ibu sudah semakin membesar dan bapak pun bingung mencari uang untuk proses persalinan namun semua usaha yang sudah dilakukan tidak cukup untuk mengumpulkan biaya persalinan hingga dengan hutang kanan-kiri bapak mendapatkan uang.

Kelahiran Tika membuat semuanya berubah bukan dalam arti membaik malah keadaan rumah semakin tambah rumit. Tika yang kini sudah beranjak dewasa sudah mulai mengusik ketenangan di keluarganya. Dalam beberapa hari ini Tika meminta hal yang aneh-aneh, minta HP lah, minta TV yang gede dan masalahnya ibu selalu menuruti apapun yang diminta oleh Tika karena ibu sangat menyayangi Tika dan membangga-banggakan Tika di depan banyak orang.

Tapi semua tidak seperti yang di banggakan, Tika membuat malu keluarga dia tidak naik kelas, uang SPP dibuat jajan, jarang masuk sekolah hingga semua guru angkat tangan namun guru-guru mempertahankannya sampai lulus sekolah. Dan ketika Tika sudah mulai masuk SMU Ranto berharap adiknya dapat sekolah dengan serius tapi malah kenyataannya berbalik belum naik kelas Tika sudah kabur dari sekolahnya dia berencana pergi ke Kalimantan kerumah kakaknya, Tesa yang berada disana. Semua biaya sudah ditanggung oleh Tesa dan suaminya. Tak satu pun yang tahu kalau Tika sudah berangkat ke Kalimantan dan semuanya bingung mencari Tika kecuali ibu yang sudah tahu kalau anak bungsunya itu pergi.

Label: ,