Amplop Putih Dipertanyakan (1)
Pagi yang tak begitu bersahabat membuat Oem tetap bersemangat melangkahkan kaki menuju rumah Drama, gadis yang akan dinikahinya 7 hari lagi. Keduanya memantapkan jalinan kasih yang sudah terbina 1,5 tahun lamanya itu dalam sebuah ikatan pernikahan.
Alhasil, keluarga dua belah pihak direpotkannya. Mulai dari acara akad nikah, tètèg-bengèknya hingga pernikahan yang rencananya akan menelan biaya cukup tinggi.
Gadis berparas manis ini tampak masih pakai telekung. Ia sepertinya baru saja menyelesaikan sholat Dhuha yang rutin dikerjakannya di sekitaran jam 9 pagi.
“Pembayaran rumah yang di perumahan Batu itu sudah abang lunasi. Setelah kita menikah, kita pindah di sana, ya!”
“Takutnya, di sini bakalan sumpek. Adik-adikmu akan menghujaniku dengan berbagai pertanyaan.” tambah Oem kepada gadis yang baru setahun melepaskan atribut abu-abu putihnya itu dengan sedikit canda tawa terlempar dari wajahnya.
“Apa keputusanmu sudah bulat, Nak?” Ibu Cantik menyaut diikuti anggukan Drama, sang buah hati.
Rumah sederhana di daerah Batu itu memang sudah dipersiapkan lelaki berambut cepak ini sebagai bekal merajut kehidupan rumah tangganya bersama Drama, kelak. Selain itu, motor bertajuk Megapro itu sudah bertengger manis di garasi Oem, hasil gaji yang dikumpulkannya semasa menjadi TKI di Malaysia beberapa bulan lalu.
Saat itu pula, Ibu Cantik sudah mampu membayangkan pernikahan putri sulungnya yang bakal mewah dan megah. Walaupun berasal dari keluarga yang pas-pasan, Ibu Cantik bisa menargetkan amplop putih yang akan diterimanya mencapai 100 juta. Mengingat, Ibu Cantik dan suaminya memiliki relasi dengan orang-orang penting di kota ini. Disamping itu, Oem sudah memberikan uang puluhan juta sebagai biaya yang diperlukan untuk proses pernikahannya dengan putri kesayangan keluarga sederhana itu.
“Uuhhh!!”
Begitulah keluhan Drama mendapati sang ibunda terlalu tinggi berangan-angan tentang pernikahannya dengan lelaki tamatan SMA yang sukses mengadu nasib di Malaysia.
Acara pernikahan yang masih beberapa hari lagi terselenggara itu membuat ibu paruh baya bernama lengkap Cantik Setyomulyani ini mulai mempersiapkan semaksimal mungkin perhelatan penting tersebut.
Mulai dari pemesanan baju kebaya yang akan dipakai Drama dalam pernikahannya, pemesanan juru rias, bahan-bahan makanan, kursi-kursi hingga memanggil koki ternama di kota ini yang tentunya akan meramu makanan selezat mungkin.
Tak luput, ibu yang memiliki nama sesuai parasnya yang cantik itu juga memanggil tetangga di sekitar rumah untuk sekedar membantu kesibukan yang sudah tercium di dapur rumahnya sejak sehari yang lalu.
Koki ternama yang dijanjikan ibu kandung Drama itu agaknya akan menciptakan masakan yang sangat lezat. Pertarungan pisau dengan penggorengan beradu dengan suara blender dan mixer tepat di sebelah orang-orang yang sibuk mempermanis kue sus kering dengan cherry di atasnya.
Lebih dari 10 jenis kue dan makanan sudah dipersiapkan sang koki. Mulai dari agar-agar kopyor hingga pizza berukuran mini yang tampak lezat dengan potongan jamur dan keju di atasnya.
Ehm,,,, lazzis!!
Tentunya membuat geli indra penciuman beberapa orang yang bergulat di dapur itu ketika harus mencium aroma masakan yang sangat menggoda.
Namun, ketika beberapa tetangga dan beberapa orang yang dipercaya membantu acara prapernikahan disuruhnya makan siang atau sekedar mencicipi beberapa jenis kue, tak ada seorangpun yang bergegas meraih kue-kue cantik itu. Pasalnya, cerita sang empunya gawè yang berhutang sana-sini sudah hinggap di telinga mereka.
Iba.
Itulah salah satu alasannya.
Bahan-bahan makanan yang semakin banyak diminta sang juru masak membuat Ibu Cantik kembali melangkahkan kaki di toko Koh Aseng untuk mengambil apa-apa yang diperlukan.
“Waduh,,kamu lagi, kamu lagi. Mau nambah hutang lagi, pastinya!!” gumam lelaki paruh baya yang seorang keturunan Tionghoa itu sambil sesekali menghisap batang rokok yang disematkan di jari-jemari tangan kanannya.
“Hhmm….” tambah lelaki berkepala plontos itu sambil sesekali menaikkan kacamata yang luput dari hidung peseknya.
Ibu Cantik melirihkan suaranya seraya berbisik kepada sang empunya toko, menjanjikan pembayaran setelah acara pernikahan berlangsung.
Tak tanggung-tanggung, hampir 15 juta tercatat di buku merah Koh Aseng untuk semua bahan-bahan makanan yang diambilnya dari sana.
Koh Aseng menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Tak selesai dengan urusan dapur, Ibunda Drama --yang telah diberi uang Oem untuk biaya pernikahannya itu-- melaju ke sebuah butik yang tak begitu terkenal. Pesanan kebaya cantik berwarna putih dan jas berwarna senada segera diraihnya.
“Jeng,,,,550 ribu aja ya!!!Diskon deh!!! Kita ‘kan udah lama bersahabat”
“Tapi, dibelakang ya!” tambahnya, lirih.
Entah apa maksud kalimat perempuan yang masih tetap cantik di usianya yang ke-45 tahun itu. Namun,,
Lagi, lagi, dan lagi.
Ibu tiga anak itu berbisik akan membayarnya setelah acara pernikahan Oem dengan putrinya yang belum genap berusia 20 tahun.
Jeng Agustin, pemilik butik yang sekaligus designer baju kebaya yang dipesan Ibu Cantik hanya termangu untuk pertama kalinya ia memberikan kelonggaran bagi teman seperjuangannya semasa SMP itu.
Label: Amplop Putih Dipertanyakan, Cerpen
Click for Komentar