Cerita sebelumnya:
Ungu (2)
Aku seperti bintang besar yang dengan gagahnya berjalan di karpet merah. Semua pria menatapku, merekam, memotret dan mencoba meraihku walau dari jauh. Malam ini memang beda, aku merasa lebih berambisi merengkuh segalanya, semua organ tubuhku tak terkendali untuk terus berpacu dengan waktu. Sampai tiba-tiba aku melakukan salah gerakan dalam tarianku. Malam ini dalam klimaks hidupku baru pertama kali aku melakukan kesalahan yang begitu fatal. Otakku seperti berhenti bekerja, aku tahu ini memalukan tapi show must go on. Entah mengapa pula ungu tiba-tiba hilang, dan inilah saatnya merengkuh segalanya. Kuteguk segelas minuman bersama seorang teman. Kurasakan alirannya begitu kuat sehingga ingin kumuntahkan kembali. Temanku lebih parah, ia sudah tidak sadar dan aku terpaksa membawanya ke mobil. Puncak dari segala kejadian aneh malam ini benar-benar terjadi. Ketika aku mencoba meraba-raba meja rias di ruang ganti untuk mencari tasku yang tertinggal, dekapan kasar seorang pria membuatku liar. Pria itu dan dua orang temannya mencoba merampas hal yang hanya akan kuberikan pada cinta suatu saat nanti. Aku sempat melihat wajah salah seorang dari pria-pria itu, tapi hanya sepintas saja. Mereka berpakaian seragam, rambutnya kuning kaku keatas, sedangkan postur tubuhnya tinggi, kurus, dan aku tahu mereka sedang mabuk berat. Begitu ganasnya mereka menyentuh setiap bagian tubuhku, dan ingin meraih bibirku. Tapi, aku memang selalu penuh kekuatan dan karena itulah aku masih di beri kesempatan untuk melihat gundah angin dan pergi kejar fajar meninggalkan nafsu liar. Malam itu aku memang lolos,tapi begitu cepatnya bias mimpi melahap ambisiku yang melambung……….
Bunda dan Ayah telah menantiku pagi harinya. Bunda tak henti-hentinya menangis, dan Ayah marah besar. Aku mengerti aku melupakan janjiku, apalagi dulu aku selalu bilang hanya ikut bekerja sebagai penari biasa, dengan gerakan yang biasa, dengan baju yang serba biasa, serta di tempat-tempat yang biasa pula. Setelah kejadian malam itu aku berjanji akan membuat segalanya lebih baik. Ungu telah kembali, ia menjadi lebih manis dengan kain yang tidak lagi memeluknya hanya di bagian dada. Ungu memang manis, apalagi ia sudah kembali rajin kuliah, melatih anak SD menari dan masih seperti dulu, sangat berambisi dalam hidup. Ambisi yang tidak akan pernah lagi merusak untuk kedua kalinya. Bias mimpi telah tergurat lebih indah, sinarnya memukau lewat cinta….ya….cinta. Ungu tetap melanjutkan hubungannya dengan cinta sampai sekarang. Mereka berdua akan membuat sanggar tari sendiri, menjaga bunda, ayah, juga adik-adik, semua itu bias yang slalu tergurat bagi cinta dan ungu.
“Sekar, kamu kok nangis sih…..gak lucu banget deh!” kata Gandhes sambil ketawa-ketiwi. Sekar memang tampak hanyut dalam cerita tentang ungu tadi. Ia tahu kalau Gandhes adalah seorang penari, tapi pengalaman luar biasa telah mengubah segalanya.
“Apaan sih, habis ceritanya so sweet banget gitu loh!” balas Sekar
“Udah yuk kita lanjutin latihan narinya, ntar waktu 17 Agustus biar kita nggak malu-maluin, ye…!” Gandhes berkata sambil berdiri dan memulai gerakan-gerakannya.
Mereka berdua terus berlatih sambil tak henti-hentinya membicarakan teman-teman cowok Karang Taruna Karanglo Indah. Sekar dan Gandhes tampak larut dalam kesibukan mereka. Dari sudut lain tampak seorang pria meletakkan kertas lusuh dengan hati-hati sambil berlalu.
Manisnya madu tak semanis senyummu.
Bayangan wajahmu slalu mengikutiku kemanapun kupergi.
Kukan mengerti jika kau disini untukku dan slalu melihat senyummu.
Ku slalu merindukan senyum manismu cinta……
Ungu, malam itu aku melihatnya. Kau tahu betapa aku ingin menolongmu, dan membawamu keluar dari semua itu. Tapi itulah yang memang harus kaulalui untuk meraih bias mimpimu. Aku juga punya mimpi…… kita pantas berharap dan pantas menerima harapan mimpi itu. Harapan itu akan terwujud kalau kita berusaha. Berusaha juga nggak asal usaha, tapi tahu cara bener-nya. Karena aku sedang mengharapkan sesuatu, dan kamu juga mengaharapkan sesuatu…….
Kenapa kita nggak berusaha keras aja untuk dapetin harapan-harapan itu? Mulai sekarang! Jangan nyerah yaa…!!
By: Citra Megawati
Click for Komentar